Rabu, 15 Januari 2014

DISMENORE

Nama: Lna Karlina
NIM: 1104015175
DISMENORE
A.    Pengertian
Dismenore adalah rasa nyeri dari rahim yang terjadi sebelum atau selama menstruasi yang dialami oleh remaja yang baru mengalami mentruasi 2-3 tahun tetapi tidak menutup kemungkinan juga dialami oleh wanita dewasa, sehingga wanita tersebut tidak dapat melakukan aktivitas dan harus tidur, myeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pungsan dan ;ekas marah.
B.    Penyebab
Disminore biasanya terjadi akibat pelepasan berlebih prostaglandin tertentu, prostaglandin F2 alpha,  dari sel-sel endometrium eterus. Prostaglandin F2  alpha adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometrum dan kontriksi pembuluh darah uterus.
Dismenore Primer
Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha.
Penyebab Dismenore Primer

    Faktor kejiwaan
Wanita memiliki emosional yang tidak stabil sehingga mudah mengalami disminore primer, factor kejiwaan ditambah dengan disminore akan menyebabkan gangguan tidur (insomnia)
    Faktor konstitusi
Factor konstitusi berhubungan dengan factor kejiwaan yang dapat menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Factor konstitusi antara lain:anemia, penyakit menahun dan sebagainya.
    Factor obstruksi kanalis servikalis
Teori tertua menyatakan bahwa dismenore primer disebabkan pleh stenosis servikalis, akan tetapi sekarang sudah tidak lagi. Mioma submukosum bertangkai polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi kuat untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
    Factor endoktrin
Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 alpha yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin  F2 alpha berlebih akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenore, dijumpai pula efek umum seperti muntah, diare dan nausea.

    Leukotren
Leukotren meningkatkan serabut nyeri pada uterus, leukotren dalam jumlah besar ditemukan pada uterus wanita dengan domenore primer yang tidak memberikan respon terhadap anti prostaglandin
    Factor neurologis
Dismenore disebabkan oleh ketidak seimbangan pengendalian system syaraf otonom terhadap miometrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan berlebihan oleh saraf simpatis senhingga serabut-serabut sirkuler pada istimus dan ostium uterin internum menjadi hipertonik.

      Dismenore sekunder mungkin di sebabkan oleh kondisi berikut :
    Endometriosis
    Polip atau fibroid uterus
    Penyakit radang panggul
    Perdarahan uterus disfungsional
    Prolaps uterus
    Maladaptasi pemakaian AKDR
    Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abotus spontan, abortus terauputik, atau ,melahirkan.
    Kanker ovarium atau uterus.


C.    Mekanisme penyakit
1.      Dismenorea primer
(primary dysmenorrhea) biasanya terjadi dalam 6-12 bulan     pertama setelah menarche (haid pertama) segera setelah siklus ovulasi teratur (regular ovulatory cycle) ditetapkan/ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat (a potent myometrial stimulant) dan vasoconstrictor, yang ada di endometrium sekretori. Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung pernyataan bahwa dismenorea diperantarai oleh prostaglandin (prostaglandin mediated). Banyak bukti kuat menghubungkan dismenorea dengan kontraksi uterus yang memanjang (prolonged uterine contractions) dan penurunan aliran darah ke miometrium. Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan endometrium (endometrial fluid) wanita dengan dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri.
Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak 3 kali lipat terjadi dari fase folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama menstruasi (Speroff, 1997; Dambro, 1998). Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan (Dawood, 1990). Leukotriene juga telah diterima (postulated) untuk mempertinggi sensitivitas nyeri serabut (pain fibers) di uterus (Helsa, 1992). Jumlah leukotriene yang bermakna (significant) telah dipertunjukkan di endometrium wanita dengan dismenorea primer yang tidak berespon terhadap pengobatan dengan antagonis prostaglandin. Hormon pituitari posterior, vasopressin, terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mereduksi (mengurangi) aliran darah uterus, dan nyeri (pain) pada penderita dismenorea primer . Peranan vasopressin di endometrium dapat berhubungan dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin.

2.      Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by definition), penyakit pelvis yang menyertai (concomitant pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD (intrauterine device). Karim Anton Calis (2006) mengemukakan sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder.

D.    Gejala
Dismenore primer
•         Usia lebih muda
•         Timbul setelah terjadinya siklushaid yang teratur
•         Sering pada nulipara
•         Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic
•           Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid
•         Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic
•         Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
•         Sering memberikan respons terhadap pengobatan medikamantosa
•         Pemeriksaan pelvic normal
•         Sering disertai nausea, muntah,diare,kelahan, dan nyeri kepala

Dismenora skunnder

•         Usia lebih tua
•         Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
•         Tidak berhubungan siklus dengan paritas
•         Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul
•         Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
•         Berhubungan dengan kelainan pelvic
•         Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
•         Sering kali memerlukan tindakan opertif
•         Terdapat kelainan pelvic

E.    Diagnosa
Diagnosa dismenore didasari atas ketidaknyamanan saat menstruasi. Perubahan apapun pada kesehatan reproduksi, termasuk hubungan badan yang sakit dan perubahan pada jumlah dan lama menstruasi, membutuhkan pemeriksaan ginekologis, perubahan-¬perubahan seperti itu dapat menandakan sebab dari dismenore sekunder.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar